Senin, 23 Mei 2016



. Karen horney
          
        Karen horney atau yang sering disebut Horney,ia lahir di german dan 16 september tahun 1885 dan beliau wafat pada tanggal 4 Desember  tahun 1952 di new york city.
           
         Horney memiliki tujuan menghapus kesalahan-kesalahan teori yang di ungkapkan freud agar psikoanalisis dapat menunjukan secara penuh suatu ilmu pengetahuan tentang manusia.
           Horney menyajikan daftar-daftar kebutuhan sebagai sebab masalah hubungan –hubungan manusia yang terganggu Serta menimbulkan kecemaSan.
          
          1.Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan
2.kebutuhan neurotik akan mitra yang bersedia mengurus kehidupan                seseorang.
3.kebutuhan neurotik untuk membatasi kehidupan dalam batas-batas yang sempit.
4.Kebutuhan neurotik akan kekuasaan
5.Kebutuhan neurotik untuk mengeksploitasi orang lain
6. Kebutuhan neurotik akan prestise
7. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi.
8.Ambisi Neurotik akan prestasi pribadi
9.Kebutuhan neurotik untuk berdiri sendiri dan indepedensi
10.Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan

           Dari Keseluruhan kebutuhan tersebut jika salah satu yang tidak terpenuhi mungkin terdapat rasa tidak nyaman atau kecemasan pada diri kita.Kesepuluh kebutuhan ini yang menjadi sumber permasalahan konflik batin.Orang yang normal dapat mengatasi semua itu dengan mengintegrasikan  3 orientasi.
           1.bergerak menuju orang lain,misalnya kebutuhan akan cinta
2.bergerak menjauhi orang lain,misalnya kebutuhan akan independensi.
           3.Bergerak melawan orang lain,misalkan kebutuhan kekuasaan.

Minggu, 15 Mei 2016

Perkembangan Masa Dewasa

Perkembangan Masa Dewasa
Pada status dewasa ini artinya seseorang telah atau hampir melalui masa pubertas. Pada masa pubertas alat reproduksi atau alat kelamin seseorang telah memproduksi dengan lebih baik. Penampilan – penampilan serta bakat dan minat telah terjadi perubahan dan perilaku pada masa ini telah terbentuk karena tekanan – tekanan dari lingkungan tertentu yang telah dihadapi seseorang tersebut. Masa dewasa di bagi menjadi tiga tingkat yaitu :
1. Masa Dewasa Dini
Masa ini terjadi pada umur 18 – 40 tahun. Perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
2. Masa Dewasa Madya
Masa ini terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Pada saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang Nampak pada setiap orang.
3. Masa Dewasa Lanjut Usia (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut (senescence) terjadi pada umur 60 tahun hingga kematian. Kemampuan fisik dan psikologis lebih cepat menurun. Namun dengan berkembangnya teknologi, teknik pengobatan modern dan upaya untuk berpenampilan dapat memungkinkan pria dan wanita untuk berdandan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.
Dalam pembahasan masa dewasa ini akan terdapat pembahasan mengenai perkembangan kepribadian, transisi dalam keluarga, perkembangan fisik, dan perkembangan kognitif.
A.   Perkembangan Kepribadian
Pada masa dewasa ini perkembangan kepribadian menggunakan teori dari Carl Gustav Jung, yakni dinamika kepribadian dan tahap perkembangan kepribadian. Pada dinamika kepribadian terdapat kausalitas dan teleology, dan progresi dan regresi. Pada tahap perkembangan Jung masa dewasa dini hingga masa dewasa madya memasuki tahapan masa krisis paruh baya.
Pada perkembangan krisis paruh baya ini berawal pada sekitar umur 40 tahun, kondisi psikologis mulai mengalami sebuah transformasi. Perasaan individual yang pada masa remaja hingga memasuki dewasa dini, yakni umur 22 tahun tujuan dan ambisi yang sebelumnya menggebu-nggebu perlahan mulai kehilangan maknanya. Pada masa ini kebanyakan individu akan merasakan depresi, kehidupan yang stagnan dan tidak selesai, seolah-olah sesuatu yang sangat penting hilang dari hidupnya. Menurut Jung hal ini dapat terjadi karena “… pencapaian yang dihargai oleh masyarakat adalah kemenangan dengan mengorbankan penyusutan kepribadian. Terlalu banyak aspek kehidupan yang mestinya dialami kemudian tergeletak begitu saja di gudang diantara memori-memori yang berdebu.” (Crain, 505).
Pada masa ini individu menuju pada sasaran-sasaran diri yang belum dapat tercapai, atau dapat disebut dengan individuasi. Individuasi ini melibatkan tidak hanya pencapaian ukuran keseimbangan psikis, namun juga memisahkan diri dari persetujuan yang biasanya diberikan pada tujuan-tujuan dan nilai-nilai budaya massa. Ini berarti menemukan jalan individual orang itu sendiri.
Masa paruh baya ditandai dengan transformasi pada kondisi psikologis individu. Yakni individu terdorong untuk mulai menjauhkan minat dari penguasaan terhadap dunia luar dan mulai untuk berfokus kepada diri-diri batin, seperti contohnya individu mulai merasa suara hati memaksa untuk mendengarkan alam bawah sadar agar ia dapat belajar potensi-potensi untuk yang telah terlalu lama dibiarkan tidak disadari, seperti mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai makna hidup, yang bagaimanapun sudah dijalani pada separuh masa hidupnya.
Pada masa ini pria dan wanita mulai memberikan ruang ekspresif dan mengembangkan minat-minat yang tidak sempat ia kembangkan pada masa dewasanya pada masa ketika ia masih dalam masa produktifnya. Ambisi pria menjadi tidak lagi agresif dan menjadi lebih peduli pada hubungan-hubungan antarpribadi. Pada wanita menjadi lebih agresif dan independen. Pada masa ini individu semakin terarah kepada batinnya, namun antusiasme bagi pengejaran-pengejaran agresif yang temporer dapat mengimbanginya bahkan dapat membuat orientasi batiniah. Pada orang dewasa kehilangan pemahaman akan perkembangan dirinya yang lebih jauh, dapat diatasi jika mereka mengambil resiko untuk berkonfrontasi dengan bagian-bagian dirinya yang ditolak selama ini.
B.   Perkembangan Kognitif
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa madya sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
ü    Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
ü    Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
ü    Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis.
Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Menurut Piaget, masa dewasa madya termasuk dalam tahap operasional formal.
    Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda. Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-   usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Pada masa dewasa madya, menurut Hurlock perkembangan kognitifnya termasuk dalam beberapa ciri dari perkembangan masa dewasa, yakni :
a.      Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
b.      Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.


c.       Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
d.      Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
e.       Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
f.       Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
g.      Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
h.      Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
C.   Perkembangan Transisi Keluarga
Berikut merupakan perkembangan masa transisi keluarga pada masa dewasa dini :
Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup. Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi)
Membina Kehidupan Rumah Tangga. Golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harm dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber­upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Berikut merupakan perkembangan masa transisi keluarga pada masa dewasa madya :
Penyesuaian terhadap perubahan pola keluarga
Terdapat beberapa kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga pada usia madya, seperti :
a)      Perubahan fisik.
b)      Hilangnya peran sebagai orangtua.
c)      Kekecewaan terhadap perkawinan.
d)     Perasaan kegagalan.
1.      Penyesuaian terhadap perubahan peran
Orangtua harus menghadapi masalah penyesuaian kehidupan yang biasa disebut periode sarang kosong. Saat itu kedua orangtua tersebut harus melakukan perubahan peran dan keluarga tersebut perlu mencari kegiatan diluar keluarga.
2.      Penyesuaian diri dengan pasangan
Dengan berakhirnya tanggungjawab sebagai orangtua, sekali lagi suami dan istri menjadi saling bergantung satu sama lain. Selama sedang melakukan perubahan peran tersebut maka kepuasan dalam perkawinan akan meningkat.
3.      Penyesuaian seksual
Kepuasan seksual bagi pria dan wanita bertambah besar, apabila pada waktu suami istri melakukan hubungan seksual dapat diselesaikan dengan sempurna oleh kedua belah pihak. Bagi penyesuaian seksual yang tidak memuaskan akan menimbulkan kekecewaan, yang sering terjadi selama usia tengah baya.
4.      Penyesuaian terhadap pihak keluarga pasangan
Karena orangtua yang dewasa ini dulunya menikah pada usia dimana anak mereka sekarang menikah, maka tugas merawat orangtua mereka yang sudah lanjut biasanya dilakukan pada waktu mereka berusia 40 atau 50 tahunan.
5.      Penyesuaian diri dengan masa kakek/nenek
Sebagian besar kakek dan nenek mengklaim bahwa mereka lebih suka pada hubungan kesenangan tanpa tanggungjawab dengan cucunya. Mereka lebih suka bermain dengan cucu mereka, berjalan-jalan atau menonton film, sebagai ganti mengasuh mereka. Mereka merasa bahwa mereka memperoleh kesenangan yang lebih besar daripada ketika mereka berperan sebagai orangtua.


D.   Perkembangan Fisik
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 sampai 25 tahun, individu memiliki kekuatan terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktif mereka berada ditingkat yang paling tinggi. Meskipun pada awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitaf dari pada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun juga seseorang masih tetap cukup untuk melakukan aktifitas normal. Bahkan bagi orang-orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olahraga secara rutin masih terlihat bugar.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama pertengahan masa dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah mengalami menopause pada usia 40. Peristiwa menopause disertai dengan berkurangnya homon estrogen. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan problem psikologis. Tetapi, bagi sebagian lain menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis, termasuk depresi dan hilangnya ingatan. Sejumlah studi belakangan ini menunjukkan bahwa problem-problem tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh reaksi terhadap usia tua yang dicapi oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sengat menghargai anak-anak muda dari pada peristiwa menopause itu sendiri.
Pada dewasa madya sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Menurut Hurlock, baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.
Beberapa Perubahan Fisik yang Terjadi pada Masa Dewasa Madya antara lain:
1. Timbulnya Uban.
2. Kulit mulai keriput.
3. Gigi yang menguning.
4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah.
5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang mengalami       penurunan.
6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya,            seorang laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan         menjadi 5 kaki 9 7/8 inci di usia 50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada usia 60 tahun.
7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk   memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling   tajam pada usia 40 dan 59 tahun.
8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran.
9. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode menopaose,        dimana pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara             keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi wanita,            seperti hot flushses, mual, letih, dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan oleh         menurunnya produksi hormon estrogen oleh indung telur.
10. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya antara                 lain penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesitas
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada masa dewasa madya terasa agak sulit. Hal ini dikarenakan adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya yang menyebabkan individu perlu melakukan penyesusaian padanya, antara lain:
1.      Berat Badan Bertambah
Selama usia madya, lemak mengumpul disekitar perut dan paha.
2.      Berkurangnya Rambut dan Beruban
Rambut pada masa dewasa madya mulai jarang. Menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala. Rambut dihidung, telinga, dan telinga mulai kaku, adapun rambut wajah mulai tubuh dengan lambat dan kurang subur. Rambut wanita
3.      Kulit Mulai Keriput
Kulit wajah, leher, lengan mulai kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata mulai mengembung dan mengantung, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas. Warna merah-kebiruan sering muncul disekitar lutut dan ditengah lengkuk.
4.      Perubahan Otot
Lembek dan mengendur dibagian dagu, pada lengan bagian atas, dan perut.
5.      Masalah Persendian
Mengalami masalah pada persendian, tungkai, dan lengan yang membuat mereka sulit berjalandan memegang benda, yang jarang terjadi pada orang-orang muda.
6.      Perubahan Pada Gigi
gigi menjadi kuning dan harus lebih sering diganti, sebagian atau seluruhnya, dengan gigi palsu.
7.      Perubahan pada Mata
Mata kurang bersinar, dan cenderung mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk disudut mata.
8.      Perubahan dalam Kemampuan Indera
Terjadi pada mata dan telinga. Perubahan fungsional dan generative pada mata akibat terjadinya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketjaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak, dan tumor. Menderita presbiopi atau kelitan melihat jarak jauh, yaitu kehilang berangsur-angsur akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya elastisitas lensa mata, dan terpaksa harus pakai kaca mata. Kemampuan mendengar juga melamah, selalu harus mendengar dengan sungguh-sungguh.
Terjadi pula penurunan daya cium dan rasa. Hal ini terjadi biasanya pada pria karena bulu hidung meraka bertambah, sehingga memhambat daya cium.
9.      Perubahan pada Keberfungsian Fisiologis
Fungsi kelenjar tubuh menjadi lamban. Pori-pori dan kelanjar pada kulit yang membersihkan kotoran jauh lebih pelan sehingga bau badan bertambah. Yang dihubungkan dengan proses pencercaan lambat. Kesulitan makan karena berkurangnya gigi (gigi rapuh).
10.  Kinerja Sensoris dan Psikomotor
ü  Masalah penglihatan yang berkaitan dengan usia sebagian besar terjadi pada    5 daerah, yaitu; near vision, dynamic vision, sensitivity to light, visual search dan juga visual acuity/ketajaman pandangan. Banyak yang memerlukan kacamata karena prebyopia (rabun jauh) dan juga myopia.
ü  Kehilangan pendengaran secara gradual, disebut presbycusis. Sensitivitas terhadap rasa dan bau secara umum mulai menurun.
ü  Mulai kehilangan sensitivitas sentuhannya setelah usia 45, dan terhadap rasa sakit setelah 50. tetapi rasa sakit yang berfungsi sebagai proteksi terus bertahan.
ü  Daya tahan sering kali bertahan lebih baik daripada kekuatan.
ü  Hilangnya daya tahan bersumber dari penurunan gradual tingkat metabolisme basal (penggunaan energi untuk mempertahankan fungsi vital) setelah usia 40-an.
11.  Perubahan Struktural dan Sistemik
ü  Pada dekade kelima dan keenam, kulit menjadi kurang kencang dan halus seiring dengan menipisnya lapisan lemak di bawah kulit, molekul kolagen menjadi lebih kaku, jaringan elastin menjadi semakin rapuh.
ü  kehilangan tulang menalami percepatna pada usia 50 dan 60 tahun. Hal ini terjadi dua kali lebih pada wanita dibandingkan pria dan terkadang mengarah pada osteoporosis.
ü  Merokok, minum minuman keras, da makanan yang buruk cenderung mempercepat kehilangan tulang; kondisi tersebut dapat diperlambat dengna latihan aerobik, resistance training with weight, meningkatkan pasokan kalsium, dan vitamin C.
12.  Seksualitas dan kinerja reproduksi
a) Menopause dan maknanya
menopause terjadi ketika wanita berhenti berevolusi dan menstruasi, dan tidak lagi dapat hamil. periode perlambatan produksi hormon dan ovulasi sebelum terjadinya menopause disebut perimenopause yang juga dikenal dengan sebutan climateric, atau “perubahan hidup”.
b) Sikap terhadap menopause; di amerika  saat ini sebagian besar wanita yang menjalani masa menopause melihatnya secara positif (Avis, 1999). Bagi banyak wanita ini merupakan tanda transisi ke paruh kedua kehidupan orang dewasa-waktu perubahan peran, kemerdekaan yang lebih besar, dan pertumbuhan pribadi.
c) Perubahan dalam seksualitas pria; pria tidak mengalami penurunan tiba-tiba  dalam produksi hormon sebagaimana yang dialami wanita ; akan tetapi level testosteron pada banyak pria memang cenderung menurun secara perlahan  setelah usia 60, sebuah fenomena yang disebut “andropause”.
13.  Aktivitas seksual
a)      Disfungsi seksual
pada wanita di usia 50-an sekitar 1/5 kali lebih sedikit dibandingkan yang berusia lebih muda melaporkan seks yang tidak menyenangkan atau kecemasan seksual, dan hanya 1/3 yang melaporkan rasa  sakit ketika berhubungan seks. Sebaliknya, pria di usia 50-an berkecendrungan 3 kali lipat melaporkan masalah ereksi dan hasrat yang rendah dibandingkan pria berusia 18 sampai 29 tahun.
b)      Perhatian terhadap penampilan dan daya Tarik

orang-orang paruh baya menghabiskan banyak waktu, upaya, dan uang untuk mencoba tampak muda.

Minggu, 08 Mei 2016

Kepuasan Kerja dan Komitmen

Kepuasan Kerja dan Komitmen

-         Kepuasan Kerja

Pengertian Kepuasan Kerja

          Kepuasan kerja adalah suatu sikap respon afektif atau emosional karyawan yang timbul atas dasar persepsi mereka terhadap pekerjaannya dari segi positif maupun negatif.

Teori Kepuasan Kerja

1. Two factor theory
            Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene factors.
            Pada teori ini Kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators. Sebaliknya ini ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors.


2. Value Theory
            Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.


Penyebab Kepuasan kerja

Ada lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu:
1.      Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2.      Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.      Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.      Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5.      Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Faktor Penentu Kepuasan kerja

1. Kerja yang secara mental menantang, kebanyakan karyawan pasti menyukai pekerjaan yang dapat memberi kesempatan mereka untuk menunjukan ketrampilannya yang menyebabkan mental karyawan tertantang untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Pekerjaan yang tidak menantang atau terlalu mudah secara mental akan menyebabkan karyawan bosan.

2.  Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan. Namun banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan.

3. Kondisi kerja yang mendukung, Para karyawan menginginkan lingkungan atau sebuah kondisi yang sesuai dengan keinginannya dan tidak hanya mendukung secara fisik namun juga mempermudah karyawan menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan lebih memilih kondisi lingkungan yang nyaman secara fisik serta tidak berbahaya. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).

4. Rekan kerja yang mendukung, Karyawan juga perlu mengisi kebutuhan sosial pada pekerjaannya, teman yang baik dan ramah akan meningkatkan kepuasan kerja seorang karyawan namun sikap atasan lah yang utama pula untuk kenyamanan dan kepuasan kerja karyawan.

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.

Korelasi Kepuasan Kerja

Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :
1)      Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2)      Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meingkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3)      Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4)      Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5)      Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6)      Perputaran (Turnover)
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
7)      Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.


8)      Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

Meningkatkan Kepuasan Kerja

            Ada beberapa hal yang mendukung karyawan untuk meningkatkan kepuasan kerjanya, berikut saya sajikan :

1. Membuat pekerjaan yang menyenangkan.
2. Karyawan dibayar dengan adil dan jujur
3. Mempertemukan seseorang dengan pekerjaan yang di minatinya
4. Menghindari pekerjaan yang membosankan dan pekerjaan yang diulang ulang.
5. Memberikan waktu pekerjaan yang fleksibel.
6. Mengadakan program yang mendukung.

-         Komitmen
Pengertian komitmen
          Komitmen adalah suatu loyalitas karyawan terhadap pekerjaannya. Sebuah komitmen merupakan ketersediaan karyawan untuk bergabung serta bekerja dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam sebuah komitmen memiliki unsur dan komponen yang berhubungan. Ketika semua komponen terpenuhi maka semakin besar pula komitmen karyawan dalam bekerja.
Komponen dalam komitmen
1. Komitmen kerja afektif
            Komitmen kerja afektif adalah komitmen atas dasar ketertarikan karyawan terhadap suatu pekerjaan yang dipilihnya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan lama karena mereka menginginkannya.
2. Komitmen kerja kotinuans
            Komitmen ini mengarah pada perhitungan untung-rugi dalam diri karyawan sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan atau meninggalkan pekerjaannya. Artinya, komitmen kerja disini dianggap sebagai persepsi harga yang harus dibayar jika karyawan meninggalkan pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan bekerja atas dasar mereka membutuhkannya.
           
3. Komitmen kerja normative
            Komitmen sebagai kewajiban untuk bertahan dalam pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka merasa wajib untuk melakukannya serta didasari pada adanya keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan moral.